Sejak kecil, Randy tumbuh tanpa hadirnya seorang ayah. Menginjak remaja, Randy mulai terjerumus ke dalam pergaulan yang buruk. Hanya agar diterima oleh lingkungan teman-temannya, Randy pun mulai merokok. Ternyata teman-teman Randy tidak hanya merokok namun juga mengisap ganja. Hanya Randy yang tidak melakukannya. Namun sekali lagi, demi diterima oleh teman-temannya, Randy mulai mencoba untuk mengisap ganja.
Margaretha, ibu Randy, adalah seorang wanita yang bekerja di luar rumah sehingga ia tidak dapat melihat setiap langkah dari anak-anaknya. Tanpa diduga, kakak Randy ternyata menggunakan putaw. Randy akhirnya tertarik untuk mencoba putaw karena memang Randy pada dasarnya selalu ingin tahu dan senang mencoba hal-hal yang baru. Randy pun semakin dalam terikat dengan narkoba.
Keterikatan Randy dengan narkoba semakin menjadi-jadi. Berbagai cara dilakukannya untuk mendapatkan narkoba. Kalau sedang tidak ada uang, apapun akan Randy jual agar ia dapat menikmati barang haram itu. Mulai dari handphone, VCD sampai menggunakan uang kuliahnya untuk membeli putaw. Dalam keadaan seperti itu, Randy tetap bisa memperdaya Margaretha dan menutupi kondisinya yang sebenarnya.
"Hebatnya anak-anak yang terlibat hal seperti ini, mereka bisa membuat kita sedemikian rupa percaya. Mereka bohongnya luar biasa, tapi kita tidak sadar," ujar Margaretha, ibunda Randy.
Sampai akhirnya tuntutan uang yang tidak pernah berhenti dari Randy membuat Margaretha mulai curiga sampai akhirnya Randy mengakui keterikatannya terhadap narkoba. Margaretha hanya bisa pasrah dan berusaha mencari cara menolong Randy lepas dari keterikatannya.
Rasa simpati yang ditunjukkan Margaretha tidak mengubah Randy sama sekali. Randy tetap saja menggunakan barang haram tersebut. Sampai akhirnya Randy tertangkap polisi saat sedang bertransaksi putaw dengan temannya. Setelah Randy selesai melewati proses hukum, Margaretha memutuskan untuk memasukkan Randy ke panti rehabilitasi. Margaretha tidak memiliki jalan lain, karena selain Randy, kakak Randy pun tertangkap sehingga Margaretha merasa tidak mungkin jika ia harus terus-menerus mengawasi kedua putranya.
Jauh di dalam hatinya, Randy sebenarnya ingin keluar dari keterikatannya dan berhenti mengkonsumsi narkoba. Namun ia tak kuasa menahan dorongan hatinya saat perasaan sakau itu datang menyerangnya. Hingga suatu hari, Randy dan teman-temannya merencanakan untuk kabur dari panti rehabilitasi. Selama satu minggu, Randy dan teman-temannya menyusun strategi pelarian mereka. Setiap daerah dan celah di panti rehabilitasi itu diselidiki mereka dengan seksama, mencari jalan dan cara agar dapat keluar dari sana.
Akhirnya rencana pelarian pun dilaksanakan. Randy dan teman-temannya berhasil keluar dengan melompati pagar pusat rehabilitasi itu. Dengan mengunakan angkot kosong, mereka melarikan diri kembali ke Jakarta. Randy membawa teman-temannya melarikan diri ke rumahnya, dan sekali lagi Randy sukses membohongi ibunya sendiri. Percaya dengan kisah Randy, Margaretha pun tidak mengembalikan Randy ke pusat rehabilitasi.
Sampai suatu hari, sesuatu yang tak terduga dialami oleh Randy. Entah mengapa, Randy mengalami kejang-kejang yang sehari bisa terjadi sampai lima kali, jantung berdetak kencang dan keringat dingin terus-menerus mengucur dari tubuhnya. Randy pun dihinggapi perasaan takut, takut untuk mati.
Bagi Margaretha sendiri, kondisi yang dialami anak-anaknya menjadi dilema bagi dirinya. Satu sisi, ia tidak mungkin tidak perduli dengan kondisi yang dialami anak-anaknya, dan di sisi lain Margaretha harus menghadapi keluarga besarnya yang menganggap dirinya tidak becus mendidik anak-anaknya. Margaretha pun hanya mampu menemukan doa sebagai satu-satunya jalan keluar dari masalah keluarganya dan pasrah kepada kuasa Tuhan. Apapun yang terjadi, Margaretha hanya dapat menghadapinya dengan sepenuhnya bergantung kepada Tuhan.
Randy dapat merasakan kasih yang mengalir melalui ibunya karena Randy melihat bagaimana ibunya terus mendampingi dirinya meskipun sudah tak terhitung lagi kekecewaan yang ia timbulkan akibat perbuatannya selama ini. Randy menyaksikan sendiri bagaimana Margaretha terus setia mendampingi Randy dan kakaknya dan terus memberi semangat kepada mereka untuk bertahan hidup.
Melihat kondisi Randy yang sakit, tidak bisa kuliah apalagi kerja, hanya terbaring di tempat tidur, Margaretha pun memberikan radio agar menjadi hiburan bagi Randy. Saat Randy sedang mencari frekuensi di radio itu, tanpa sengaja Randy mendengar sebuah siaran rohani. Randy pun mendengarkan siaran tersebut. Dan dalam setiap khotbah yang didengarnya, selalu menekankan bahwa Tuhan itu mengasihi dirinya. Yesus itu begitu mengasihi dirinya, kasih-Nya melebihi apapun di dunia ini. Randy menyadari, seberapapun nakal dirinya, seberapapun hancurnya dia, seberapapun seringnya ia menyakiti Tuhan, tapi Tuhan selalu mau untuk memanggil dirinya kembali.
Akhirnya di satu titik Randy bertekad untuk tidak menggunakan narkoba lagi. Randy pun berdoa minta ampun kepada Tuhan, dan ia juga berdoa, kalau memang Tuhan mau memakai dirinya, ia meminta agar Tuhan menunjukkan dimana ia harus melanjutkan sekolahnya. Dan Tuhan pun menunjukkan kuasa-Nya. Saat ini Randy bersekolah di sekolah teologia dan ia pun belajar mengenal Tuhan lebih dalam lagi. Randy pun punya visi dan misi untuk melayani para pemakai narkoba yang banyak sekali dari antara mereka belum mengenal Tuhan. Dan Randy rindu memperkenalkan pribadi Tuhan Yesus yang sangat mengasihi mereka. (Kisah ini sudah ditayangkan 24 Maret 2008 dalam acara Solusi di SCTV).
Sumber Kesaksian :Randy Raymond Sumber : http://www.layartancap.com/ltcplayerv1.swf?doc=JjmVXAL0UjvaXHVaXjr4